HASIL penelitian Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengungkapkan bahwa telur dapat membantu perkembangan "intelligence quotient" (IQ/inteligensi) dan mengatasi kekurangan yodium pada anak."Telur sangat penting untuk dikonsumsi oleh anak usia sekolah. Mengonsumsi dua telur setiap hari dapat membantu perkembangan IQ dan mengobati penyakit defisiensi yodium," kata ahli gizi FK UGM Toto Sudargo SKM MKes.
Ia mengatakan, rata-rata anak sekolah di seluruh Indonesia sekitar 35-65 persen masih kekurangan gizi, terutama defisiensi yodium, bahkan di daerah Wonosobo dan Wonogiri diketahui sekitar 19-33 persen siswa sekolah kekurangan yodium.
Menurut dia, anak perlu mengonsumsi telur, karena daya serap satu telur yang beratnya 60 gram mengandung 7-8 gram protein, sedangkan untuk kebutuhan anak sekolah adalah sebesar 45 gram protein."Jadi, anak sekolah perlu mengonsumsi telur. Apalagi jika digoreng, karena ada tambahan 10 gram protein, yang akan menambah 110 kilogram kalori," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Martalena Purba MCN PhD mengatakan, masalah gizi kurang menyebabkan kualitas penduduk Indonesia rendah terutama pada anak balita, ibu hamil, orang lanjut usia, dan siswa.
Menurut dia, berdasarkan penelitian, gizi kurang sering terjadi pada masa-masa tertentu seperti dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan perubahan iklim global yang menyebabkan perubahan siklus panen. "Selain itu, juga sering muncul ketika terjadi bencana, yang menyebabkan semakin bertambahnya jumlah penderita gizi kurang pada kelompok yang rentan," katanya. (ant/kpo)
Sumber : Republika Online
Menurut dia, hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah di kawasan pegunungan seperti Wonosobo dan Wonogiri, Jawa Tengah, menunjukkan dampak kekurangan yodium dapat menurunkan IQ anak sekitar 10-15 persen."Namun ketika diobati dengan telur bisa menambah IQ sekitar 20 persen. Untuk itu, sebagai langkah antisipatif, anak usia dini disarankan untuk mengonsumsi dua telur setiap hari untuk membantu perkembangan IQ," katanya.
Ia mengatakan, rata-rata anak sekolah di seluruh Indonesia sekitar 35-65 persen masih kekurangan gizi, terutama defisiensi yodium, bahkan di daerah Wonosobo dan Wonogiri diketahui sekitar 19-33 persen siswa sekolah kekurangan yodium.
Menurut dia, anak perlu mengonsumsi telur, karena daya serap satu telur yang beratnya 60 gram mengandung 7-8 gram protein, sedangkan untuk kebutuhan anak sekolah adalah sebesar 45 gram protein."Jadi, anak sekolah perlu mengonsumsi telur. Apalagi jika digoreng, karena ada tambahan 10 gram protein, yang akan menambah 110 kilogram kalori," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Martalena Purba MCN PhD mengatakan, masalah gizi kurang menyebabkan kualitas penduduk Indonesia rendah terutama pada anak balita, ibu hamil, orang lanjut usia, dan siswa.
Menurut dia, berdasarkan penelitian, gizi kurang sering terjadi pada masa-masa tertentu seperti dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan perubahan iklim global yang menyebabkan perubahan siklus panen. "Selain itu, juga sering muncul ketika terjadi bencana, yang menyebabkan semakin bertambahnya jumlah penderita gizi kurang pada kelompok yang rentan," katanya. (ant/kpo)
Sumber : Republika Online
0 komentar:
Posting Komentar
PERHATIAN:
* Hindari komentar yang bersifat provokasi, kasar, caci maki dan menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan).
* Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengirim.
* Admin/Redaksi berhak menghapus komentar yang tidak layak.