
Psikoanalisis atau analisis kejiwaan
Terapi yang dikembangkan Sigmund Freud ini merupakan ibu dari semua terapi bicara. Terapi ini menyelidiki jiwa pasien serta membawa impuls-impuls dan perilaku bawah sadar pasien ke permukaan.
Penanganan ini berpusat pada dinamika antara pasien dan analis, serta biasanya berlangsung ketat. Anda kemungkinan harus menghadiri beberapa sesi dalam seminggu selama beberapa tahun, bahkan bisa mencapai hitungan dekade.
Kekuatan psikoanalisis, menurut presiden American Psychoanalytic Association Prudence Gourguechon, MD, adalah menciptakan laboratorium."Jika Anda mempunyai pasien yang tidak bisa mengambil keputusan, pasien tersebut akan mulai menunjukkan perilaku yang sama tepat di depan Anda," terang Gourguechon, seperti dikutip situs health.com.
Terapi psikodinamik
Dalam terapi ini, pasien jarang berbohong kepada terapis. Selain itu, sesinya lebih jarang (biasanya hanya sekali seminggu) dan pengobatannya lebih singkat (kadang setahun atau kurang).
Anda tidak akan digali sedalam psikoanalisis. Tapi penanganan masih fokus pada bawah sadar, perkembangan kepribadian, serta hubungan antara terapis dan pasien.
Terapi kognitif
Pola pikiran negatif bisa menyebabkan depresi dan kecemasan. Dan untuk mengatasi masalah ini, Anda bisa mengikuti terapi kognitif.
Selama terapi, Anda akan belajar mengenali pikiran-pikiran yang membahayakan atau pikiran yang tidak rasional dan mengganti pikiran tersebut dengan pikiran yang lebih membangun.
Berbeda dengan psikoanalisis, terapi kognitif diarahkan untuk memecahkan masalah yang ada di depan mata. Terapi ini singkat (umumnya 16 minggu atau kurang) dan sangat berstruktur, dengan rencana pelajaran spesifik untuk setiap sesinya. Selain itu, terapi ini juga melibatkan pekerjaan rumah. Terapis kemungkinan meminta Anda untuk mengenali dan mencatat mood atau mempraktikkan cara berpikir baru.
Terapi perilaku
Sama seperti terapi kognitif yang mengatasi pikiran negatif, terapi perilaku ini bisa membantu mengatasi masalah dengan mengubah perilaku Anda.
Sebagai contoh, salah satu teknik yang umum digunakan untuk mengatasi kecemasan dan fobia adalah desensitisasi. Dalam teknik ini, pasien secara bertahap dipapar atau diminta membayangkan situasi yang membuat mereka takut. Dengan cara ini, pasien menjadi lebih nyaman dengan situasi tersebut.
Terapi perilaku seringkali dipadukan dengan terapi kognitif, yang dikenal dengan nama cognitive-behavioral therapy (CBT). CBT merupakan istilah yang merujuk kepada metode-metode yang dipadukan dengan kedua teknik tersebut.
Terapi interpersonal
Apakah konflik interpersonal dan kurangnya dukungan sosial membuat Anda depresi? Jika iya, terapi interpersonal ini bisa menjadi pilihan Anda.
Dalam terapi yang singkat dan fokus ini, pasien diminta secara teliti memeriksa hubungan mereka dengan keluarga, teman, teman kerja, serta orang-orang dekat lainnya. Hal ini bertujuan memecahkan konflik interpersonal, memperbaiki komunikasi, dan membangun jaringan pendukung yang solid.
Terapi pengalaman/experiential therapy
Dalam terapi ini, Anda akan belajar membedakan respon emosional yang sehat dari respon yang berbahaya.Tapi berbeda dengan terapi lain (di mana hubungan pasien dan terapis tetap netral), terapi ini ditandai dengan hubungan suportif dan empati yang ditumbuhkan terapis dengan pasien. "Jika merasa dipahami dan merasakan kehangatan dari terapis, pasien akan merasa lebih baik." (IK/OL-08)
Sumber : mediaindonesia.com
Artikel Terkait
- Kiat Menegur Anak Buah
- 7 Rahasia Tertawa
- Sarapan Bergizi Tingkatkan Konsentrasi
- 8 Ragam Penyakit Mata
- Anemia Bisa Menyebabkan Kebodohan
- Pemicu Aroma Tak Sedap di Tubuh Anda
- Cantik Tanpa Stress
- Jangan Abaikan Perawatan Kaki!
- Seni Berbicara dengan Bayi
- Menghadapi 5 Sifat Khas Batita
- Menata Rumah Menyesuaikan Tipe Kepribadian
- 7 Tips Merawat Menata Rumah Agar Bagus Nyaman
- Tips Menata Teras Rumah
- Setelah Januari 2012, Rumah di Bawah Tipe 36 Masih Bisa KPR
- Selamat Tahun Baru 2012
- Menghitung Biaya Pasangan Dinding Bata atau Bata Merah
- Ternyata Jilbab Bisa Cegah Penyakit Kulit
- Tips Berkomunikasi dengan Anak Autis
- Agar Sembelit Tak Bikin Bayi Melilit
- Risiko Kehamilan di Atas Usia 35
0 komentar:
Posting Komentar
PERHATIAN:
* Hindari komentar yang bersifat provokasi, kasar, caci maki dan menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan).
* Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengirim.
* Admin/Redaksi berhak menghapus komentar yang tidak layak.